Sekitar
tahun 1975, dunia fotografi menjadi sebuah kegiatan yang sangat menyenangkan
bagi sebagian orang termasuk saya. Kamera pertama yang saya gunakan untuk
belajar photography adalah jenis TLR (Twin Lens Reflect) merk Yashica.
Jenis
kamera ini memiliki dua lensa yang terletak di bagian bawah dan atas. Untuk
bagian atas berfungsi sebagai jendela bidik, sedangkan lensa di bagian bawahnya
berfungsi untuk menyalurkan cahaya ke film atau yang biasa disebut media
perekam.
Dari
tahun ke tahun dunia fotografi terus berkembang, berbagai jenis kamera baik
analog maupun automatis juga telah kami coba. Tentunya dengan kelemahan dan
keunggulannya masing-masing.
Pada era
sekarang, dunia fotografi telah mengalami perkembangan luar biasa. Fotografi
yang sekitar era 70-an dianggap cukup mahal dan tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, kini dengan adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat
menjadikan siapa saja bisa menghasilkan photo yang bagus meski hanya
menggunakan kamera saku sekalipun.
Seperti
kita lihat sekarang, dengan adanya teknologi baru digital banyak perusahaan
yang mengeluarkan berbagai jenis kamera Digital kelas SLR (Single Lens Reflect)
dengan harga yang pasti terjangkau bagi semua pemula fotografi.
Cuma
sayangnya masih ada sebagian yang belum faham cara menggunakannya, sehingga
gambar yang dihasilkan tidak jauh-jauh amat dengan gambar yang diambil dari
jenis kamera biasa.
Mengingat
adanya sebuah kalimat yang mengatakan, “Tidak ada orang menjadi miskin karena
suka berbagi” saya mencoba untuk berbagi sedikit pengalaman yang telah saya
lakukan sejak sekatar tahun 1975. Sudah barangtentu, tulisan ini hanya kami
tujukan bagi para pemula yang ingin memahami dunia fotografi, khususnya untuk
anak-anakku yang berada di Panti Asuhan Yatim Piatu Al Munawwaroh Banjarnegara.
Pada
postingan ini, saya tidak akan menjelaskan tentang sejarah fotografi, meskipun
kalian semua sudah tau bahwa alat untuk membuat gambar photo yang kemudian
disebut kamera itu pertamakali ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Arab bernama
Ibnu Al Haytam pada abad ke-10 M.
Oiya
sebelum kalian meneruskan membaca ada baiknya ambil dulu segela air putih atau the
untuk dijadikan temen belajar photography. Intinya begini, kamera digital itu
ada beberapa jenis. Yaitu kamera digital Compact yang dikenal dengan kamera
poket atau saku. Khusus untuk jenis kamera ini semua sudah diatur secara automatis
tetapi kemampuannya masih sangat terbatas.
Kemudian
jenis kamera digital Prosumer yang bisa distel secara manual untuk pengaturan
pencahayaannya tetapi lensanya tidak bisa diganti karena sudah menyatu.
Jenis kamera
lainnya adalah DSLR (Digital Single Lens Reflect) yang merupakan kamera
profesional. Pengaturan exposure, ISO, white balance, format RAW serta
pengaturan tambahan lainnya sudah ada di dalam jenis kamera ini.
Dari
pada ngelantur yuk kita bahas mulai dari persoalan pengenalan kamera terlebih
dahulu. Anak-anakku semua pasti setuju dengan pendapat saya, bahwa kalau kita
mau belajar photography meski yang pertamakali dilakukan adalah pemahaman
secara mendasar tentang kamera yang kita miliki.
Betul
sih, siapa saja pasti bisa memotret, tetapi bagaimana membuat hasil jepretannya
enak buat dilihat orang lain. Nah, disini diperlukan kreatifitas dan belajar
secara terus menerus. Dahulu saya belajar memotret memerlukan waktu satu tahun.
Kenapa hal itu terjadi, maklum dulu belum ada kamera digital, adanya kamera konvensional
yang menggunakan film ukuran 6 x 6 cm dan film ukuran 32 mm.
Nah,
setelah kalian memehami betul tentang jenis kamera yang dimiliki termasuk teknik
dasarnya, sekarang kalian perlu belajar lagi tentang tetek-bengek yang
berkaitan dengan istilah-istilah dunia photography, seperti ada aperture,
kecepatan rana (shutter speed) dan ISO yang kemudian disebut dengan istilah
exposure.
Seni
mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera dinamakan photography. Dalam
bahasa latin photos adalah cahaya, sedangkan graphein atau lebih dikenal dengan
graphy adalah tulisan, gambar atau design. Sehingga istilah photography dalam
pengertian umum disebut menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya.
Tanpa adanya cahaya, maka apa yang disebut dengan photography menjadi tidak
ada.
Kembali
kepersoalan tetek-bengek tentang pengetahuan dasar photography, anak-anakku
semua yang pasti harus tahu apa itu aperture. Bicara aperture berarti kita
sedang membahas tentang diafragma, yaitu sebuah lubang yang ada di dalam lensa
kamera yang berguna untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan ketika
kita melakukan pemotretan.
Pada
umumnya, ukuran diafragma dimulai dengan angka 2,8 – 4 – 5,6 – 8 – 11 – 16 dan
22. Besar dan kecilnya diafragma yang kita pergunakan akan menentukan hasil
photo dengan kualitas yang berbeda-beda.
Adapun
kecepatan rana atau shutter speed, adalah tutup jendela kamera untuk mengatur
durasi cahaya yang masuk ke dalam media rekam atau film. Adapun kecepatan rana
(shutter speed) dihitung dalam pecahan detik seperti ¼ - hingga 1/4000 dan B
(Bulb) untuk kecepatan tanpa waktu.
Angka-angka
ini menunjukkan semakin besar angka kecepatan rananya, semakin tinggi kecepatannya.
Artinya semakin cepat rana membuka, semakin sedikit cahaya yang masuk.
Berikutnya
adalah tentang ISO. Dulu ketika saya sedang belajar intip-mengintip atau
sotrek-menyotrek belum mengenal istilah ISO. Adanya yaitu ASA (American
Standards Association). Seiring dengan perkembangan waktu, kini produsen yang
menggunaan ASA hanya tinggal sedikit dan muncul istilah baru yaitu ISO yang
diciptakan pada sekitar tahun 1987 oleh International Organisation for
Standardization.
Singkat
kata, dalam dunia photografi apa yang disebut dengan ISO sangatlah penting
untuk menentukan kecepatan dari sensor sebuah kamera. Jadi kepekaan menentukan
ISO sangat dibutuhkan dari kreatifitas kalian untuk menghasilkan photo yang
maksimal. Lalu kapan kita menggunakan ISO tinggi dan kapan menggunakan ISO
rendah? Itu sangat tergantung keperluan dan situasi.
Demikian
tulisan kami yang pertama, mudah-mudahan bisa dijadikan acuan bagi anak-anakku
khususnya yang berada di Panti Asuhan Yatim Piatu Al Munawwaroh Banjarnegara
yang saat ini sedang melakukan latihan memotret menggunakan jenis kamera DSLR.
Mohon
maaf untuk segala kekurangannya karena saya juga masih dalam taraf belajar.
Ketemu lagi dalam tulisan kami berikutnya. (s.bag).
Tulisan Terkait:
Pe3nggunaan Mode Auto pada Kamera DSLR
Tulisan Terkait:
Pe3nggunaan Mode Auto pada Kamera DSLR
0 komentar:
Posting Komentar