Senin, 28 Januari 2013

Belajar Photography bagi Pemula


Sekitar tahun 1975, dunia fotografi menjadi sebuah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang termasuk saya. Kamera pertama yang saya gunakan untuk belajar photography adalah jenis TLR (Twin Lens Reflect) merk Yashica.

Jenis kamera ini memiliki dua lensa yang terletak di bagian bawah dan atas. Untuk bagian atas berfungsi sebagai jendela bidik, sedangkan lensa di bagian bawahnya berfungsi untuk menyalurkan cahaya ke film atau yang biasa disebut media perekam.
Dari tahun ke tahun dunia fotografi terus berkembang, berbagai jenis kamera baik analog maupun automatis juga telah kami coba. Tentunya dengan kelemahan dan keunggulannya masing-masing.
Pada era sekarang, dunia fotografi telah mengalami perkembangan luar biasa. Fotografi yang sekitar era 70-an dianggap cukup mahal dan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, kini dengan adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat menjadikan siapa saja bisa menghasilkan photo yang bagus meski hanya menggunakan kamera saku sekalipun.
Seperti kita lihat sekarang, dengan adanya teknologi baru digital banyak perusahaan yang mengeluarkan berbagai jenis kamera Digital kelas SLR (Single Lens Reflect) dengan harga yang pasti terjangkau bagi semua pemula fotografi.
Cuma sayangnya masih ada sebagian yang belum faham cara menggunakannya, sehingga gambar yang dihasilkan tidak jauh-jauh amat dengan gambar yang diambil dari jenis kamera biasa.
Mengingat adanya sebuah kalimat yang mengatakan, “Tidak ada orang menjadi miskin karena suka berbagi” saya mencoba untuk berbagi sedikit pengalaman yang telah saya lakukan sejak sekatar tahun 1975. Sudah barangtentu, tulisan ini hanya kami tujukan bagi para pemula yang ingin memahami dunia fotografi, khususnya untuk anak-anakku yang berada di Panti Asuhan Yatim Piatu Al Munawwaroh Banjarnegara.
Pada postingan ini, saya tidak akan menjelaskan tentang sejarah fotografi, meskipun kalian semua sudah tau bahwa alat untuk membuat gambar photo yang kemudian disebut kamera itu pertamakali ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Arab bernama Ibnu Al Haytam pada abad ke-10 M.
Oiya sebelum kalian meneruskan membaca ada baiknya ambil dulu segela air putih atau the untuk dijadikan temen belajar photography. Intinya begini, kamera digital itu ada beberapa jenis. Yaitu kamera digital Compact yang dikenal dengan kamera poket atau saku. Khusus untuk jenis kamera ini semua sudah diatur secara automatis tetapi kemampuannya masih sangat terbatas.
Kemudian jenis kamera digital Prosumer yang bisa distel secara manual untuk pengaturan pencahayaannya tetapi lensanya tidak bisa diganti karena sudah menyatu.
Jenis kamera lainnya adalah DSLR (Digital Single Lens Reflect) yang merupakan kamera profesional. Pengaturan exposure, ISO, white balance, format RAW serta pengaturan tambahan lainnya sudah ada di dalam jenis kamera ini.
Dari pada ngelantur yuk kita bahas mulai dari persoalan pengenalan kamera terlebih dahulu. Anak-anakku semua pasti setuju dengan pendapat saya, bahwa kalau kita mau belajar photography meski yang pertamakali dilakukan adalah pemahaman secara mendasar tentang kamera yang kita miliki.
Betul sih, siapa saja pasti bisa memotret, tetapi bagaimana membuat hasil jepretannya enak buat dilihat orang lain. Nah, disini diperlukan kreatifitas dan belajar secara terus menerus. Dahulu saya belajar memotret memerlukan waktu satu tahun. Kenapa hal itu terjadi, maklum dulu belum ada kamera digital, adanya kamera konvensional yang menggunakan film ukuran 6 x 6 cm dan film ukuran 32 mm.
Nah, setelah kalian memehami betul tentang jenis kamera yang dimiliki termasuk teknik dasarnya, sekarang kalian perlu belajar lagi tentang tetek-bengek yang berkaitan dengan istilah-istilah dunia photography, seperti ada aperture, kecepatan rana (shutter speed) dan ISO yang kemudian disebut dengan istilah exposure.
Seni mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera dinamakan photography. Dalam bahasa latin photos adalah cahaya, sedangkan graphein atau lebih dikenal dengan graphy adalah tulisan, gambar atau design. Sehingga istilah photography dalam pengertian umum disebut menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya. Tanpa adanya cahaya, maka apa yang disebut dengan photography menjadi tidak ada.
Kembali kepersoalan tetek-bengek tentang pengetahuan dasar photography, anak-anakku semua yang pasti harus tahu apa itu aperture. Bicara aperture berarti kita sedang membahas tentang diafragma, yaitu sebuah lubang yang ada di dalam lensa kamera yang berguna untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan ketika kita melakukan pemotretan.
Pada umumnya, ukuran diafragma dimulai dengan angka 2,8 – 4 – 5,6 – 8 – 11 – 16 dan 22. Besar dan kecilnya diafragma yang kita pergunakan akan menentukan hasil photo dengan kualitas yang berbeda-beda.
Adapun kecepatan rana atau shutter speed, adalah tutup jendela kamera untuk mengatur durasi cahaya yang masuk ke dalam media rekam atau film. Adapun kecepatan rana (shutter speed) dihitung dalam pecahan detik seperti ¼ - hingga 1/4000 dan B (Bulb) untuk kecepatan tanpa waktu.
Angka-angka ini menunjukkan semakin besar angka kecepatan rananya, semakin tinggi kecepatannya. Artinya semakin cepat rana membuka, semakin sedikit cahaya yang masuk.
Berikutnya adalah tentang ISO. Dulu ketika saya sedang belajar intip-mengintip atau sotrek-menyotrek belum mengenal istilah ISO. Adanya yaitu ASA (American Standards Association). Seiring dengan perkembangan waktu, kini produsen yang menggunaan ASA hanya tinggal sedikit dan muncul istilah baru yaitu ISO yang diciptakan pada sekitar tahun 1987 oleh International Organisation for Standardization.
Singkat kata, dalam dunia photografi apa yang disebut dengan ISO sangatlah penting untuk menentukan kecepatan dari sensor sebuah kamera. Jadi kepekaan menentukan ISO sangat dibutuhkan dari kreatifitas kalian untuk menghasilkan photo yang maksimal. Lalu kapan kita menggunakan ISO tinggi dan kapan menggunakan ISO rendah? Itu sangat tergantung keperluan dan situasi.
Demikian tulisan kami yang pertama, mudah-mudahan bisa dijadikan acuan bagi anak-anakku khususnya yang berada di Panti Asuhan Yatim Piatu Al Munawwaroh Banjarnegara yang saat ini sedang melakukan latihan memotret menggunakan jenis kamera DSLR.
Mohon maaf untuk segala kekurangannya karena saya juga masih dalam taraf belajar. Ketemu lagi dalam tulisan kami berikutnya. (s.bag).

Tulisan Terkait:
Pe3nggunaan Mode Auto pada Kamera DSLR

0 komentar:

Posting Komentar