Berbicara
masalah photography, bagi saya merupakan hal yang cukup menarik. Ini
mengingatkan kembali pada sekitar tahun 1975 dimana saya sedang asyik-syiknya
belajar menyotrek sekaligus mencetak sendiri hasil jepretannya dengan
menggunakan alat buatan sendiri dari bahan kayu papan.
Saya
juga masih ingat ketika semua kuku kelihatan hitam akibat terkena obat cuci
film. Saya juga masih ingat dengan obat untuk memunculkan gambar, kemudian ada
lagi yang namanya hippo, tawas dll termasuk kertas photo. Bahan-bahan tersebut
kami beli di sekitar alun-alun Kota Purwokerto dengan naik “Sepur Klutuk” waktu
itu. He he he, pamer nih yee. Enggak sih, Cuma asyik saja ketika kita berbicara
dengan duniaku “photography”.
Oiya, pada
postingan tanggal 28 Januari 2013, saya sudah menjelaskan tentang “eksposure”,
yang membahas masalah aperture (diafragma), kecepatan rana (shutter speed) dan
ISO. Pertanyaan saya kepada anak-anakku di Panti Al Munawwaroh apakah sudah
bisa dipahami?. Alah ngawur,… sok tahu aja sih.
He he
he, kok beluuum kenapa sih. Ya saya maklum laah, karena kalian sibuk dengan
mata pelajaran di sekolah masing-masing. Kalau ternyata masih belum bisa
dipahami, saya punya sedikit catatan untuk membantu kalian sebagai jalan tengahnya.
yakni menggunakan mode auto atau scene modes yang sudah ada di dalam jenis
kamera DSLR. Lagi-lagi kami berpedoman pada sebuah kalimat “Tidak ada orang
menjadi miskin karena suka berbagi”.
Memang
sih bagi kalian yang sudah memahami betul tentang “eksposure”, menggunakan mode
manual (M) menjadi hal yang sangat prinsip untuk menghasilkan gambar yang
diharapkan. Tetapi bagi yang belum, tentunya sangat diperbolehkan menggunakan mode
auto atau scene modes seperti landscape mode yang menggunakan gambar gunung
atau portret mode yang menggunakan gambar wajah orang dari samping.
Kecuali
itu, kalian bisa juga menggunakan program Aperture Prioritas atau Shutter
Prioritas. Saya sendiri termasuk sering menggunakan fasilitas itu, seperti landscape
mode. O… jebul malas juga, nih ye. Mempelajari eksposure memang cukup sulit,
tetapi jika ada kemauan dan belajar secara terus-menerus saya yakin semuanya
akan menjadi mudah.
Bagi
kalian semua yang belum sempat mempelajari eksposure, tetapi menginginkan hasil
jepretannya benar dan bagus, di dalam kamera DSLR sudah disediakan mode auto
dan kalian bisa berekspresi, terutama untuk sudut pengembilannya. Jadi
menggunakan mode auto atau scene menurut keyakinan kami adalah sebagai jalan tengah
saja untuk menambah kreativitas bagi photographer pemula.
Tetapi
kalian jangan terlalu asyik dengan menggunakan mode-mode tersebut, kami tetap
menyarankan untuk terus melajar menggunakan mode manual, karena disini
menawarkan fleksibilitas dan kreatifitas dalam situasi apapun serta
menghasilkan photo yang lebih artistik.
Bagaimana,
capek ya? He he he…. Silahkan minum air putih dulu, baru melanjutkan membaca.
Setelah saya ndopok ngalor-ngidul tentang apa itu mode auto dan mode scene.
Tiba saatnya saya akan menjelaskan satu-persatu tentang kegunaan mode auto
maupun mode scene.
Mode auto kalau di dalam kamera digambarkan dengan huruf (A).
saya kira
tidak memerlukan penjelasan secara mendalam karena keseluruhan seting aperture,
shutter dan ISO sudah mengatur dengan sendirinya. Mode ini cukup efektif
digunakan pemula dengan hasil gambar yang benar, namun belum terlalu istimewa.
Mode Portrait yang dilambangkan dengan ikon kepala seorang
wanita.
Jika
kalian memilih mode ini, maka kamera akan memilih DOF yang sempit (angka
aperture sekecil-kecilnya) sehingga obyek yang di photo akan terisolasi dari background,
sehingga ruang focus hanya akan berada pada subyek saja, sementara background
terlihat blur.
Mode Macro yang
dilambangkan dengan gambar bunga.
Mode ini
diperlukan saat kita ingin mengambil photo benda-benda kecil dari jarak dekat
(close up). Dengan mode ini, kita bisa mendekatkan ujung lensa sedekat mungkin,
sehingga benda-benda kecil akan menjadi cukup besar dan kelihatan detailnya.
Mode Spot yang umumnya dilambangkan dengan gambar orang sedang
berlari.
Mode ini
dirancang untuk membekukan gerakan. Pada mode ini kamera akan memperkecil
shutter speed sekecil mungkin sehingga ketika membidik subyek bergerak foto
yang dihasilkan akan tetap tajam.
Landscake, umumnya dilambangkan dengan gambar gunung
Mode ini
adalah kebalikan dari mode portrait. Kamera akan menggunakan angka aperture
sebesar mungkin sehingga bidang focus photo (Depth Of Field) bisa seluas
mungkin. Dengan demikian maka keseluruhan bagian photo dalam frime akan menjadi
tajam. Sesuai namanya, maka mode ini dirancang untuk mengambil gambar
pemandangan alam,
Mode Nigth, biasa dilambangkan dengan ikon bintang atau bulan.
Mode ini
dirancang untuk bekerja dalam kondisi cahaya yang sangat minim. Karena secara
otomatis akan menaikkan ISO sehingga sensor mampu menangkap cahaya yang minim
sekalipun. Untuk menghasilkan gambar yang dikehendaki kalian bisa menggunakan
trypot.
Mode Beach/show.
Menyeimbangkan
eksposure supaya putihnya salju atau pasir pantai tidak kehilangan detailnya
dan juga tidak terlalu pucat dengan menaikkan eksposure, whie balance di set di
sinar matahari.
Mode Foreworks, tanpa lampu.
Shutter
speed diset lumayan lama untuk merekam pergerakan percikan kembang api dengan
baik. Mode ini sebaiknya menggunakan alat bantu berupa tripot untuk
menghasilkan gambar yang bagus.
Mode Panorama.
Memotret
urutan photo yang nantinya akan digabung menjadi panorama.
Demikian anak-anakku yang berada di Panti Asuhan
Al Munawwaroh, sekilas tentang penggunaan mode auto dan mode scene. Mohon ma’af
dan ketemu kembali pada tulisan kami berikutnya. (s.bag)
Tulisan Terkait:
Belajar Photography
Tulisan Terkait:
Belajar Photography
0 komentar:
Posting Komentar