Selasa, 29 Januari 2013

Mengenal Mode Auto pada Kamera DSLR

Berbicara masalah photography, bagi saya merupakan hal yang cukup menarik. Ini mengingatkan kembali pada sekitar tahun 1975 dimana saya sedang asyik-syiknya belajar menyotrek sekaligus mencetak sendiri hasil jepretannya dengan menggunakan alat buatan sendiri dari bahan kayu papan.

Saya juga masih ingat ketika semua kuku kelihatan hitam akibat terkena obat cuci film. Saya juga masih ingat dengan obat untuk memunculkan gambar, kemudian ada lagi yang namanya hippo, tawas dll termasuk kertas photo. Bahan-bahan tersebut kami beli di sekitar alun-alun Kota Purwokerto dengan naik “Sepur Klutuk” waktu itu. He he he, pamer nih yee. Enggak sih, Cuma asyik saja ketika kita berbicara dengan duniaku “photography”.
Oiya, pada postingan tanggal 28 Januari 2013, saya sudah menjelaskan tentang “eksposure”, yang membahas masalah aperture (diafragma), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO. Pertanyaan saya kepada anak-anakku di Panti Al Munawwaroh apakah sudah bisa dipahami?. Alah ngawur,… sok tahu aja sih.
He he he, kok beluuum kenapa sih. Ya saya maklum laah, karena kalian sibuk dengan mata pelajaran di sekolah masing-masing. Kalau ternyata masih belum bisa dipahami, saya punya sedikit catatan untuk membantu kalian sebagai jalan tengahnya. yakni menggunakan mode auto atau scene modes yang sudah ada di dalam jenis kamera DSLR. Lagi-lagi kami berpedoman pada sebuah kalimat “Tidak ada orang menjadi miskin karena suka berbagi”.
Memang sih bagi kalian yang sudah memahami betul tentang “eksposure”, menggunakan mode manual (M) menjadi hal yang sangat prinsip untuk menghasilkan gambar yang diharapkan. Tetapi bagi yang belum, tentunya sangat diperbolehkan menggunakan mode auto atau scene modes seperti landscape mode yang menggunakan gambar gunung atau portret mode yang menggunakan gambar wajah orang dari samping.
Kecuali itu, kalian bisa juga menggunakan program Aperture Prioritas atau Shutter Prioritas. Saya sendiri termasuk sering menggunakan fasilitas itu, seperti landscape mode. O… jebul malas juga, nih ye. Mempelajari eksposure memang cukup sulit, tetapi jika ada kemauan dan belajar secara terus-menerus saya yakin semuanya akan menjadi mudah.
Bagi kalian semua yang belum sempat mempelajari eksposure, tetapi menginginkan hasil jepretannya benar dan bagus, di dalam kamera DSLR sudah disediakan mode auto dan kalian bisa berekspresi, terutama untuk sudut pengembilannya. Jadi menggunakan mode auto atau scene menurut keyakinan kami adalah sebagai jalan tengah saja untuk menambah kreativitas bagi photographer pemula.
Tetapi kalian jangan terlalu asyik dengan menggunakan mode-mode tersebut, kami tetap menyarankan untuk terus melajar menggunakan mode manual, karena disini menawarkan fleksibilitas dan kreatifitas dalam situasi apapun serta menghasilkan photo yang lebih artistik.
Bagaimana, capek ya? He he he…. Silahkan minum air putih dulu, baru melanjutkan membaca. Setelah saya ndopok ngalor-ngidul tentang apa itu mode auto dan mode scene. Tiba saatnya saya akan menjelaskan satu-persatu tentang kegunaan mode auto maupun mode scene.
Mode auto kalau di dalam kamera digambarkan dengan huruf (A).
saya kira tidak memerlukan penjelasan secara mendalam karena keseluruhan seting aperture, shutter dan ISO sudah mengatur dengan sendirinya. Mode ini cukup efektif digunakan pemula dengan hasil gambar yang benar, namun belum terlalu istimewa.
Mode Portrait yang dilambangkan dengan ikon kepala seorang wanita.
Jika kalian memilih mode ini, maka kamera akan memilih DOF yang sempit (angka aperture sekecil-kecilnya) sehingga obyek yang di photo akan terisolasi dari background, sehingga ruang focus hanya akan berada pada subyek saja, sementara background terlihat blur.
Mode  Macro yang dilambangkan dengan gambar bunga.
Mode ini diperlukan saat kita ingin mengambil photo benda-benda kecil dari jarak dekat (close up). Dengan mode ini, kita bisa mendekatkan ujung lensa sedekat mungkin, sehingga benda-benda kecil akan menjadi cukup besar dan kelihatan detailnya.
Mode Spot yang umumnya dilambangkan dengan gambar orang sedang berlari.
Mode ini dirancang untuk membekukan gerakan. Pada mode ini kamera akan memperkecil shutter speed sekecil mungkin sehingga ketika membidik subyek bergerak foto yang dihasilkan akan tetap tajam.
Landscake, umumnya dilambangkan dengan gambar gunung
Mode ini adalah kebalikan dari mode portrait. Kamera akan menggunakan angka aperture sebesar mungkin sehingga bidang focus photo (Depth Of Field) bisa seluas mungkin. Dengan demikian maka keseluruhan bagian photo dalam frime akan menjadi tajam. Sesuai namanya, maka mode ini dirancang untuk mengambil gambar pemandangan alam,
Mode Nigth, biasa dilambangkan dengan ikon bintang atau bulan.
Mode ini dirancang untuk bekerja dalam kondisi cahaya yang sangat minim. Karena secara otomatis akan menaikkan ISO sehingga sensor mampu menangkap cahaya yang minim sekalipun. Untuk menghasilkan gambar yang dikehendaki kalian bisa menggunakan trypot.
Mode Beach/show.
Menyeimbangkan eksposure supaya putihnya salju atau pasir pantai tidak kehilangan detailnya dan juga tidak terlalu pucat dengan menaikkan eksposure, whie balance di set di sinar matahari.
Mode Foreworks, tanpa lampu.
Shutter speed diset lumayan lama untuk merekam pergerakan percikan kembang api dengan baik. Mode ini sebaiknya menggunakan alat bantu berupa tripot untuk menghasilkan gambar yang bagus.
Mode Panorama.
Memotret urutan photo yang nantinya akan digabung menjadi panorama.
Demikian anak-anakku yang berada di Panti Asuhan Al Munawwaroh, sekilas tentang penggunaan mode auto dan mode scene. Mohon ma’af dan ketemu kembali pada tulisan kami berikutnya. (s.bag)

Tulisan Terkait:
Belajar Photography

0 komentar:

Posting Komentar