Desa
Merden yang terletak sekitar 20 km ke barat dari pusat kota Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan daerah yang termasuk dalam kategori desa
maju. Merden dengan luas wilayah sekitar 818 hektar dan jumlah penduduk 12.000
jiwa lebih, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan
pedagang. Aktivitas penduduknya sebagian besar sudah berada di atas rata-rata
desa lain, dan pada umumnya mereka sudah paham tentang kegiatan ekonomi
produktif.
Salah
satu kegiatan ekonomi produktif yang dikembangkan di desa ini adalah
membudidayakan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Di daerah ini, hampir tidak ada
lahan kosong, semuanya sudah dimanfaatkan untuk berbagai tanaman produktif. Tak
hanya di pekarangan yang luas, di pekarangan yang sempit sekalipun, masyarakat
sudah memanfaakannya dengan baik untuk menanam TOGA.
Ketua
Tim Penggerak PKK Desa Merden, Siti Khozanah Badrussalam menjelaskan bahwa
pemanfaatan pekarangan untuk TOGA di Desa Merden sudah tersebar di semua dusun.
Adapun tanaman yang menjadi andalannya adalah jenis tanaman jahe (mulai dari
jahe merah, jahe wulung, maupun jahe putih). “Jahe inilah yang pada akhirnya
menjadi ikon TOGA dari Desa Merden,” ujarnya.
Sedangkan
jenis tanaman pendukung lainnya adalah kunyit, kencur, laos, sereh, burus,
kumis kucing, kapulaga, cimplukan, jeruk nipis, jeruk purut, angkrik, rosella,
mengkudu, buah naga, dan masih banyak yang lain.
“Tanaman
tersebut menjadi salah satu sumber kehidupan dan juga sebagai tabungan keluarga
dengan cara mengolahnya agar memiliki nilai ekonomis lebih, misalnya menjadi
jahe dan kunyit instan, kencur dan jahe biang, serta tepung irut,” tambahnya.
Menurutnya
program pengembangan TOGA yang sudah berjalan di Merden selama kurang lebih
setahun ini, pada awalnya dimulai dengan adanya penyuluhan, baik yang dilakukan
oleh Tim Penggerak PKK Desa dan Kecamatan, maupun langsung dari PKK Kabupaten.
“Tujuan
kami mengembangkan program ini adalah untuk membuka pikiran masyarakat tentang
manfaat TOGA. Bagi kami ini penting dalam rangka untuk penghematan biaya
kesehatan dan menambah penghasilan keluarga,” jelasnya.
Tak
disangka upaya ini juga mendapat perhatian lebih dari pemerintah, hingga
akhirnya Desa Merden terpilih mewakili lomba TOGA Tk. Provinsi, pada (17/12).
Ternyata hasilnya sangat positif dan Desa Merden selanjutnya terpilih untuk
mewakili Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Maret 2013 nanti mengikuti Lomba TOGA
Tk. Nasional.
Keberhasilan
pemanfaatan pekarangan untuk kegiatan TOGA ini tak lepas dari kerja keras para
kader PKK, yang didukung pula oleh semua perangkat desa. Tak ketinggalan Tim
Penggerak PKK Kabupaten Banjarnegara juga selalu aktif memberikan penyuluhan
kepada masyarakat Desa Merden.
“Saat
ini masyarakat kita terbiasa dan mudah sekali menggunakan obat-obatan kimiawi
begitu dirinya atau anggota keluarga mengalami sakit. Dikhawatirkan kebiasaan
seperti ini membawa akibat buruk bagi tubuh, karena kita tahu efek
samping dari obat-obat kimiawi ini sangat berbahaya bagi tubuh. Baik yang
muncul sesaat maupun dalam jangka panjang” kata Anggit Sutedjo, Ketua TP.PKK
Kabupaten.
Oleh
karena itulah, lanjutnya, kita mendorong peran ibu-ibu PKK untuk memanfaatkan
pekarangan di sekitar rumah agar ditanami tanam-tanaman obat keluarga.
Harapannya toga ini dimanfaatkan untuk melakukan penyembuhan penyakit yang
diderita oleh anggota keluarga.
“Penggunaan
obat alami ini jauh lebih sehat dari pada mengkonsumsi obat kimiawi karena obat
alami ini hampir tidak ada efek sampingnya,” katanya.
Anggit
menjelaskan, sebenarnya kata TOGA berasal dari dua rangkaian kata “Tanaman
Obat” dan “Keluarga”. “Tanaman Obat” menunjukakan adanya suatu usaha untuk
meningkatkan nilai estetika tanaman – dalam hal ini tanaman obat – dengan
adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan dan enak di pandang mata.
Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “tanaman obat” ini berfungsi untuk
menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di lingkungan keluarga,
yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau kantor.
Pekarangan
di sini, menurut Anggit biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis
tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan
menjaga kesehatan keluarga sehari-hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang
mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar.
Karena sifat pekarangan berbeda dengan kebun atau ladang, maka pemilihan
tanaman juga harus memperhatikan faktor keindahan serta memperhatkan kondisi
halaman, misalnya, kontur tanah, bentuk serta adanya pohon atau bangunan lain.
“Faktor
paling penting dalam mengatur lahan untuk tanaman obat adalah memperhatikan
estetika (keindahan ). Jangan sampai tanaman obat yang kita tanam di halaman
merusak/mengganggu pemandangan. Juga harus diperhatikan keberadaan elemen taman
lain, yaitu soft material misalnya
kandang ternak, tiang bendera, jalan setapak, kolam ikan dan lain- lain,”
ujarnya.
Senada
dengan Anggit, Mubayinah salah seorang warga Desa Merden yang disebut-sebut
sebagai pakar organik menyadari akan pentingnya TOGA. Untuk mendukung hal itu,
ia bahkan memanfaatkan bahan-bahan alami lokal sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik.
“Saya
berkutat di bidang pertanian organik sejak tahun 2007 dengan menanam beberapa
komoditas makanan pokok seperti padi dan TOGA dengan sistem penanaman secara
alami atau lebih banyak orang mengatakan dengan sistem organik atau natural farming,” katanya.
Dia
lebih suka menyebut dengan istilah itu karena menurutnya dalam natural farming cara penggarapan
tanahnya dilakukan dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar
secara alami.
“Untuk
bahan kompos kami mengambil dari kotoran hewan yang kami pelihara sendiri.
Kemudian hewan tersebut juga memakan rumput-rumputan dari tanah yang sudah
alami,” ujarnya.
Beberapa
jenis TOGA yang ditanam di pekarangan
rumahnya antara lain jeruk nipis, jahe, kunyit, keji beling, kumis kucing,
sambiloto, dan cimplukan.
Menurut
Mubayinah, jeruk nipis punya banyak manfaat. Selain menjadi minuman yang
menyegarkan, buah yang sudah dikonsumsi ribuan tahun yang lalu ini juga bisa
mencegah daan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Buah jeruk nipis mengandung
banyak air dan vitamin C yang tinggi. Daun, buah, dan bunganya, mengandung
minyak terbang limonin dan linalool. Jeruk nipis yang berkhasiat adalah jeruk
nipis yang masih segar, berkulit tipis, serta berwarna hijau kekuningan. Selain
buahnya, akar, daun, dan bunga jeruk nipis juga sering digunakan sebagai obat.
“Minyak
atsiri daun jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan kuman pada kulit. Air
jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit
tenggorokan. Bau harumnya membuat sedap ketika kita berkumur. Kulitnya, bila
ditahan di dalam mulut, bisa mengurangi bau mulut tak sedap dan mengatasi
radang karena mengandung zat asam yang dapat mematikan kuman. Jeruk nipis juga
dimanfaatkan untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur,
difteri, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan,
menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu
gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan
radang hidung,” jelasnya.
Sementara
itu, untuk tanaman jahe, ia menjelaskan bahwa umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai
antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai
komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi
melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Berbagai manfaat jahe yang secara tradisional
sudah dikenal luas adalah mengobati masuk angin, sakit kepala atau migrain,
mencegah mabuk kendaraan, dan obat saat terkilir.
Jenis
umbi lain yang ia tanam adalah kunyit yang banyak digunakan sebagai ramuan jamu
karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal,
dan menyembuhkan kesemutan. “Manfaat utama tanaman kunyit yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan
baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping
itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti
oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak
darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah,” katanya.
Berikutnya
ia menjelaskan manfaat dari tanamannya yang lain yaitu Keji Beling atau orang
jawa sering menyebutnya dengan nama “sambang geteh”. Kegunaannya sebagai obat
disentri, diare (mencret) dan obat batu ginjal serta dapat juga sebagai penurun
kolesterol. Daun keji beling kerap digunakan untuk mengatasi tubuh yang gatal
kena ulat atau semut hitam, caranya dengan cara mengoleskan langsung daun keji
beling pada bagian yang gatal tersebut. Untuk mengatasi diare (mencret),
disentri, seluruh bagian dari tanaman ini direbus, selama lebih kurang setengah
jam, kemudian airnya diminum. Sama juga prosesnya untuk mengobati batu ginjal.
Daun keji beling juga dapat mengatasi kencing manis dengan cara dimakan sebagai
lalapan secara teratur setiap hari. Demikian pula untuk mengobai penyakit lever (sakit kuning), ambien (wasir) dan
maagh dengan cara dimakan secara teratur.
Tanaman
liar yang juga ia tanam dan termasuk dalam kategori TOGA adalah, Kumis Kucing,
Sambiloto, dan Cimplukan. “Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat
tradisional untuk menyembuhkan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping
itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu
ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis. Sedangkan sambiloto berkhasiat melindungi hati dan dapat
juga menekan pertumbuhan sel kanker. Untuk cimplukan berkhasiat mengobati
influenza, sakit tenggorok, batuk rejan,
bronchitis, gondongan, bisul, dan borok,” terangnya.
Sementara
itu, Untung Rahardi, salah seorang warga yang membudidayakan tanaman-tanaman
obat tradisional di rumahnya mengatakan, meskipun pekarangan ataupun sekitar
rumahnya ditanami dengan TOGA, bukan berarti membuat rumah menjadi tidak sedap
dilihat.
“Sama
dengan tanaman hias di sekitar rumah, lanjutnya, kita juga berharap tanaman
toga ini selain bermanfaat bagi kesehatan juga mampu ikut memperindah halaman
rumah,” ujarnya.
Kini,
masyarakat Desa Merden semakin merasakan pentingnya TOGA dan hasilnyapun sudah
bisa dinikmati. Masyarakat biasanya memanen sendiri untuk kemudian disetor ke
sentra pengolahan. Pada sentra pengolahan, hasil TOGA kemudian dibuat menjadi
jahe instan, kunir instan, kencur serta jahe biang yang kemudian dijual di
beberapa outlet.
Menyadari
akan manfaat TOGA, Pemerintah Desa Merden kini secara terus-menerus mempublikasikan
kepada masyarakat dengan membuat sentra-sentra kegiatan tanaman obat di
masing-masing dusun. Sumargo, misalnya, ia mengolah jahe instan dan jahe biang
dalam bentuk cair dan serbuk melalui pelatihan yang diperolehnya dari Dinas
Kesehatan, Pertanian, Perindustrian, dan dinas terkait lainnya.
“Sebenarnya
tanaman TOGA yang ada di sini sudah tumbuh sejak dulu. Ada sekitar 60 jenis
tanaman yang ada di Desa Merden. Setiap warga diwajibkan menanam minimal lima
jenis tanaman obat di pekarangan rumahnya. Karena kebetulan jahe adalah minuman
yang cukup digemari di sini, saya menekuninya dengan membuat jahe instan,
khususnya untuk jahe wulung dan jahe putih. Setelah saya olah, langsung saya
pasarkan di kedai saya ini,” jelasnya.
Program
pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) memang sangat membantu
persoalan-persoalan yang menyangkut kesehatan, kini masyarakat pun telah mampu
mengatasi masalah-masalah tersebut dengan cara yang lebih alami. Hal ini
menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman
telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Budidaya TOGA juga
dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang
obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat
membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan
terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. (s.bag/yoi)
Baca juga tulisan lainnya:
Manfaat Jahe bagi Kesehatan Tubuh
Dibalik Mitos Terong Terdapat Segudang Manfaat untuk Kesehatan Tubuh
Baca juga tulisan lainnya:
Manfaat Jahe bagi Kesehatan Tubuh
Dibalik Mitos Terong Terdapat Segudang Manfaat untuk Kesehatan Tubuh
Mewakili Jajaran Panitia pada pelaksanaan Evaluasi dan lomba pemanfaatan TOGA tingkat nasional yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan pemuatan tulisan terkait tema TOGA di Desa Merden Banjarnegara...
BalasHapusSemoga bermanfaat untuk kita semua
Terima kasih atas komentar dan kunjungannya di web kami. Jangan bosan-bosan ya mas.
Hapus