Senin, 04 Februari 2013

Melihat Kegiatan Penanaman TOGA di Desa Merden, Banjarnegara

Desa Merden yang terletak sekitar 20 km ke barat dari pusat kota Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan daerah yang termasuk dalam kategori desa maju. Merden dengan luas wilayah sekitar 818 hektar dan jumlah penduduk 12.000 jiwa lebih, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Aktivitas penduduknya sebagian besar sudah berada di atas rata-rata desa lain, dan pada umumnya mereka sudah paham tentang kegiatan ekonomi produktif.

Salah satu kegiatan ekonomi produktif yang dikembangkan di desa ini adalah membudidayakan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Di daerah ini, hampir tidak ada lahan kosong, semuanya sudah dimanfaatkan untuk berbagai tanaman produktif. Tak hanya di pekarangan yang luas, di pekarangan yang sempit sekalipun, masyarakat sudah memanfaakannya dengan baik untuk menanam TOGA.
Ketua Tim Penggerak PKK Desa Merden, Siti Khozanah Badrussalam menjelaskan bahwa pemanfaatan pekarangan untuk TOGA di Desa Merden sudah tersebar di semua dusun. Adapun tanaman yang menjadi andalannya adalah jenis tanaman jahe (mulai dari jahe merah, jahe wulung, maupun jahe putih). “Jahe inilah yang pada akhirnya menjadi ikon TOGA dari Desa Merden,” ujarnya.
Sedangkan jenis tanaman pendukung lainnya adalah kunyit, kencur, laos, sereh, burus, kumis kucing, kapulaga, cimplukan, jeruk nipis, jeruk purut, angkrik, rosella, mengkudu, buah naga, dan masih banyak yang lain.
“Tanaman tersebut menjadi salah satu sumber kehidupan dan juga sebagai tabungan keluarga dengan cara mengolahnya agar memiliki nilai ekonomis lebih, misalnya menjadi jahe dan kunyit instan, kencur dan jahe biang, serta tepung irut,” tambahnya.
Menurutnya program pengembangan TOGA yang sudah berjalan di Merden selama kurang lebih setahun ini, pada awalnya dimulai dengan adanya penyuluhan, baik yang dilakukan oleh Tim Penggerak PKK Desa dan Kecamatan, maupun langsung dari PKK Kabupaten.
“Tujuan kami mengembangkan program ini adalah untuk membuka pikiran masyarakat tentang manfaat TOGA. Bagi kami ini penting dalam rangka untuk penghematan biaya kesehatan dan menambah penghasilan keluarga,” jelasnya.
Tak disangka upaya ini juga mendapat perhatian lebih dari pemerintah, hingga akhirnya Desa Merden terpilih mewakili lomba TOGA Tk. Provinsi, pada (17/12). Ternyata hasilnya sangat positif dan Desa Merden selanjutnya terpilih untuk mewakili Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Maret 2013 nanti mengikuti Lomba TOGA Tk. Nasional.
Keberhasilan pemanfaatan pekarangan untuk kegiatan TOGA ini tak lepas dari kerja keras para kader PKK, yang didukung pula oleh semua perangkat desa. Tak ketinggalan Tim Penggerak PKK Kabupaten Banjarnegara juga selalu aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa Merden.
“Saat ini masyarakat kita terbiasa dan mudah sekali menggunakan obat-obatan kimiawi begitu dirinya atau anggota keluarga mengalami sakit. Dikhawatirkan kebiasaan seperti ini membawa  akibat buruk bagi tubuh, karena kita tahu efek samping dari obat-obat kimiawi ini sangat berbahaya bagi tubuh. Baik yang muncul sesaat maupun dalam jangka panjang” kata Anggit Sutedjo, Ketua TP.PKK Kabupaten.
Oleh karena itulah, lanjutnya, kita mendorong peran ibu-ibu PKK untuk memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah agar ditanami tanam-tanaman obat keluarga. Harapannya toga ini dimanfaatkan untuk melakukan penyembuhan penyakit yang diderita oleh anggota keluarga.
“Penggunaan obat alami ini jauh lebih sehat dari pada mengkonsumsi obat kimiawi karena obat alami ini hampir tidak ada efek sampingnya,” katanya.
Anggit menjelaskan, sebenarnya kata TOGA berasal dari dua rangkaian kata “Tanaman Obat” dan “Keluarga”. “Tanaman Obat” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai estetika tanaman – dalam hal ini tanaman obat – dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan dan enak di pandang mata. Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “tanaman obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau kantor.
Pekarangan di sini, menurut Anggit biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari-hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar. Karena sifat pekarangan berbeda dengan kebun atau ladang, maka pemilihan tanaman juga harus memperhatikan faktor keindahan serta memperhatkan kondisi halaman, misalnya, kontur tanah, bentuk serta adanya pohon atau bangunan lain.
“Faktor paling penting dalam mengatur lahan untuk tanaman obat adalah memperhatikan estetika (keindahan ). Jangan sampai tanaman obat yang kita tanam di halaman merusak/mengganggu pemandangan. Juga harus diperhatikan keberadaan elemen taman lain, yaitu soft material misalnya kandang ternak, tiang bendera, jalan setapak, kolam ikan dan lain- lain,” ujarnya.
Senada dengan Anggit, Mubayinah salah seorang warga Desa Merden yang disebut-sebut sebagai pakar organik menyadari akan pentingnya TOGA. Untuk mendukung hal itu, ia bahkan memanfaatkan bahan-bahan alami lokal sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
“Saya berkutat di bidang pertanian organik sejak tahun 2007 dengan menanam beberapa komoditas makanan pokok seperti padi dan TOGA dengan sistem penanaman secara alami atau lebih banyak orang mengatakan dengan sistem organik atau natural farming,” katanya.
Dia lebih suka menyebut dengan istilah itu karena menurutnya dalam natural farming cara penggarapan tanahnya dilakukan dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar secara alami.
“Untuk bahan kompos kami mengambil dari kotoran hewan yang kami pelihara sendiri. Kemudian hewan tersebut juga memakan rumput-rumputan dari tanah yang sudah alami,” ujarnya.
Beberapa jenis TOGA yang ditanam di  pekarangan rumahnya antara lain jeruk nipis, jahe, kunyit, keji beling, kumis kucing, sambiloto, dan cimplukan.
Menurut Mubayinah, jeruk nipis punya banyak manfaat. Selain menjadi minuman yang menyegarkan, buah yang sudah dikonsumsi ribuan tahun yang lalu ini juga bisa mencegah daan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Buah jeruk nipis mengandung banyak air dan vitamin C yang tinggi. Daun, buah, dan bunganya, mengandung minyak terbang limonin dan linalool. Jeruk nipis yang berkhasiat adalah jeruk nipis yang masih segar, berkulit tipis, serta berwarna hijau kekuningan. Selain buahnya, akar, daun, dan bunga jeruk nipis juga sering digunakan sebagai obat.
“Minyak atsiri daun jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan kuman pada kulit. Air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan. Bau harumnya membuat sedap ketika kita berkumur. Kulitnya, bila ditahan di dalam mulut, bisa mengurangi bau mulut tak sedap dan mengatasi radang karena mengandung zat asam yang dapat mematikan kuman. Jeruk nipis juga dimanfaatkan untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan radang hidung,” jelasnya.
Sementara itu, untuk tanaman jahe, ia menjelaskan bahwa umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Berbagai manfaat jahe yang secara tradisional sudah dikenal luas adalah mengobati masuk angin, sakit kepala atau migrain, mencegah mabuk kendaraan, dan obat saat terkilir.
Jenis umbi lain yang ia tanam adalah kunyit yang banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. “Manfaat utama tanaman kunyit  yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah,” katanya.
Berikutnya ia menjelaskan manfaat dari tanamannya yang lain yaitu Keji Beling atau orang jawa sering menyebutnya dengan nama “sambang geteh”. Kegunaannya sebagai obat disentri, diare (mencret) dan obat batu ginjal serta dapat juga sebagai penurun kolesterol. Daun keji beling kerap digunakan untuk mengatasi tubuh yang gatal kena ulat atau semut hitam, caranya dengan cara mengoleskan langsung daun keji beling pada bagian yang gatal tersebut. Untuk mengatasi diare (mencret), disentri, seluruh bagian dari tanaman ini direbus, selama lebih kurang setengah jam, kemudian airnya diminum. Sama juga prosesnya untuk mengobati batu ginjal. Daun keji beling juga dapat mengatasi kencing manis dengan cara dimakan sebagai lalapan secara teratur setiap hari. Demikian pula untuk mengobai penyakit lever (sakit kuning), ambien (wasir) dan maagh dengan cara dimakan secara teratur.
Tanaman liar yang juga ia tanam dan termasuk dalam kategori TOGA adalah, Kumis Kucing, Sambiloto, dan Cimplukan. “Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis. Sedangkan sambiloto berkhasiat melindungi hati dan dapat juga menekan pertumbuhan sel kanker. Untuk cimplukan berkhasiat mengobati influenza, sakit tenggorok, batuk rejan, bronchitis, gondongan, bisul, dan borok,” terangnya.
Sementara itu, Untung Rahardi, salah seorang warga yang membudidayakan tanaman-tanaman obat tradisional di rumahnya mengatakan, meskipun pekarangan ataupun sekitar rumahnya ditanami dengan TOGA, bukan berarti membuat rumah menjadi tidak sedap dilihat.
“Sama dengan tanaman hias di sekitar rumah, lanjutnya, kita juga berharap tanaman toga ini selain bermanfaat bagi kesehatan juga mampu ikut memperindah halaman rumah,” ujarnya.
Kini, masyarakat Desa Merden semakin merasakan pentingnya TOGA dan hasilnyapun sudah bisa dinikmati. Masyarakat biasanya memanen sendiri untuk kemudian disetor ke sentra pengolahan. Pada sentra pengolahan, hasil TOGA kemudian dibuat menjadi jahe instan, kunir instan, kencur serta jahe biang yang kemudian dijual di beberapa outlet.
Menyadari akan manfaat TOGA, Pemerintah Desa Merden kini secara terus-menerus mempublikasikan kepada masyarakat dengan membuat sentra-sentra kegiatan tanaman obat di masing-masing dusun. Sumargo, misalnya, ia mengolah jahe instan dan jahe biang dalam bentuk cair dan serbuk melalui pelatihan yang diperolehnya dari Dinas Kesehatan, Pertanian, Perindustrian, dan dinas terkait lainnya.
“Sebenarnya tanaman TOGA yang ada di sini sudah tumbuh sejak dulu. Ada sekitar 60 jenis tanaman yang ada di Desa Merden. Setiap warga diwajibkan menanam minimal lima jenis tanaman obat di pekarangan rumahnya. Karena kebetulan jahe adalah minuman yang cukup digemari di sini, saya menekuninya dengan membuat jahe instan, khususnya untuk jahe wulung dan jahe putih. Setelah saya olah, langsung saya pasarkan di kedai saya ini,” jelasnya.
Program pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) memang sangat membantu persoalan-persoalan yang menyangkut kesehatan, kini masyarakat pun telah mampu mengatasi masalah-masalah tersebut dengan cara yang lebih alami. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan  upaya-upaya kesehatan masyarakat. Budidaya TOGA juga dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. (s.bag/yoi)

Baca juga tulisan lainnya:
Manfaat Jahe bagi Kesehatan Tubuh 
Dibalik Mitos Terong Terdapat Segudang Manfaat untuk Kesehatan Tubuh 

2 komentar:

  1. Mewakili Jajaran Panitia pada pelaksanaan Evaluasi dan lomba pemanfaatan TOGA tingkat nasional yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan pemuatan tulisan terkait tema TOGA di Desa Merden Banjarnegara...
    Semoga bermanfaat untuk kita semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentar dan kunjungannya di web kami. Jangan bosan-bosan ya mas.

      Hapus