Satu
minggu sebelum saya berangkat ke tanah suci Makkah Al Mukharromah untuk
menunaikan ibadah umrah, bayangan saya selalu tertuju pada sekitar Masjidil
Kharam. Bayangan seperti itu selalu menyertai selama dalam perjalanan mulai dari
tanah air hingga ke tanah suci Makkah Al Mukharromah. Ternyata benar, sebuah
bangunan yang cukup luas dan bertingkat berdiri dengan begitu megahnya, Subhanalloh.
Saya
berangkat ke tanah suci pada tanggal 17 Mei 2013 pukul 11.00 WIB lewat Bandara
Soekarno-Hatta, bersama PT. Arminareka Perdana menggunakan pesawat Boing 747. Setelah
mendarat di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah pada pukul 20.00 WIB atau pukul
16.00 waktu Arab Saudi, daerah pertama yang dituju adalah kota Makkah Al Mukharromah
dan Juhfah dijadikan sebagai tempat untuk mengambil Miqat.
Setelah
mandi besar dan sholat sunnat ihram, saya serombongan langsung tancap gas
menuju Makkah Al Mukharromah, adapun niat umrahnya adalah “Labbaikallohumma
umrotan” (Saya penuhi panggilan-Mu ya Alloh untuk melaksanakan umrah).
“Labbaikallahumma
labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal
mulk laa syarika laka”, adalah bacaan Talbiyah yang secara terus-menerus
berkumandang antara Juhfah hingga Makkah Al Mukharromah. Disinilah para jama’ah
mulai meneteskankan air mata, apalagi setelah memasuki lingkungan Masjidil
Kharam isak tangis terus terdegar dimana-mana ketika jama’ah umrah asal
Banjarnegara dan Purbalingga itu melakukan Tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak
tujuh kali dan Sa’i di bukit Shafa ke bukit Marwa.
Umrah
adalah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam. Seperti dalam ibadah haji, umrah
dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa ritual ibadah di kota suci Makkah
khususnya di Masjidil Kharam. Bedanya jika Umrah dapat dilaksanakan
sewaktu-waktu dan hanya di Makkah, sedangkan Haji hanya dapat dilaksanakan pada
beberapa waktu antara tanggal 8 hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai
ke luar kota Makkah.
Ketika
pertama kali masuk kota Mekah, KH. Drs. D. Maksum dari Arminareka pusat
menunjukkan jam dalam ukuran sangat besar kepada jama’ah. Jam dengan warna
hijau itu terletak di puncak gedung pencakarlangit yang oleh masyarakat
Indonesia sering juga disebut Zam-zam Tower.
Di dalam
Masjiddil Kharam inilah saya bersama rombongan lainnya melakukan sujud syukur
dengan dipandu oleh KH. Drs. D. Maksum. Sungguh sangat mengharukan bercampur
bahagia bisa melihat secara langsung Ka’bah yang selama ini dijadikan sebagai
kiblat bagi umat Islam ketika melaksanakan sholat lima waktu.
Meski sudah
cukup luas, ternyata Masjidil Kharam saat ini sedang dilakukan renovasi
khususnya di sekitar lantai dua. Sementara pada bagian atas sekitar Shafa-Marwa
nampaknya sudah beberapa waktu dirombak habis hingga kelihatan sangat indah.
Untuk menuju ke bukit Shafa-Marwa juga sudah menggunakan escalator. Perluasan
ini nampaknya untuk menampung jama’ah haji dan umrah yang setiap tahun terus
bertambah.
Kota
Mekkah memang menjadi tujuan utama kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji
dan umrah, kota ini merupakan kota kelahiran Nabi Muhammad, SAW. Makkah
terletak sekitar 450 km sebelah selatan kota Madinah, atau sekitar 200 km
sebelah timur laut dari kota Jeddah. Perkembangan kota Mekkah tidak terlepas
dari keberadaan Nabi Ismail dan Hajar sebagai penduduk pertama di kota ini yang
ditempatkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah, SWT.
Setelah
empat hari lamanya di Makkah, rombongan meluncur ke Madinah. Waktu yang
dibutuhkan untuk sampai di kota suci nomor dua itu adalah enam jam dan langsung
istirahat di hotel Mubarok. Yaitu sebuah hotel yang terletak di kawasan ring
dua, jadi masih sangat dekat untuk menuju ke masjid Nabawi.
Jika
anda ada kemauan untuk menunaikan ibadah umrah, sebaiknya tanyakan terlebih
dahulu kepada pihak penyelenggara, terletak di ring berapa hotel yang akan
digunakan untuk menginap. Apabila dijawab di luar ring empat sudah dipastikan
hotelnya akan jauh dari Masjid Nabawi.
Madinah,
adalah kota suci nomor dua bagi umat Islam. Tempat ini sebenarnya tidak
termasuk ke dalam ritual ibadah haji maupun umrah, namun jama’ah haji maupun
jama’ah umrah dari seluruh dunia menyempatkan diri berkunjung ke kota yang
letaknya sekitar 450 km dari Makkah untuk berziarah dan melaksanakan shalat di
masjid Rasulullah, SAW yaitu masjid Nabawi.
Jika
kita mau mengamati secara seksama, hotel-hotel di Madinah pada umumnya sama,
baik tinggi maupun luasnya. Yang membedakan hanyalah manajemen pengelolaannya
saja. Kebetulan saya beserta rombongan menginap di hotel berbintang di kawasan
ring dua. Jadi soal makan dan minum tinggal semaunya, pokoknya puas deh karena
lokasinya sangat dekat dengan masjidil Kharam maupun Masjid Nabawi.
Setelah
matahari mulai menyinari bumi Madinah saya mencoba keluar dari hotel “Subhanalloh”
betapa indahnya kota ini meski suhu pada saat itu mencapai 45ยบ. Pengendara
mobil sangat santun terhadap para pejalan kaki. Jika ada satu orang saja yang sedang
menyeberang jalan semua mobil pasti berhenti dan baru berjalan setelah
penyeberang jalan sudah berada di trotoair.
Disana
tidak ada speda motor, semuanya menggunakan mobil sedan, selama kami berada di
tanah suci tidak menjumpai bengkel, adanya hanya bengkel untuk mengganti oli.
Barangkali saja masyarakat disana sudah kaya-kaya sehingga tidak ada orang yang
menjual jasa perbaikan mobil. Jika ada mobil yang rusak sedikit saja karena
kecelakaan langsung di biarkan dan memilih membeli mobil yang lebih baru, ucap
Arba’in pemandu rombongan kami.
Di Kota
Madinah kami memperoleh kesempatan untuk mengikuti city tour. Obyek pertama
adalah ziarah ke Makam Rasulullah yang kemudian dikenal dengan Raudhah, kalau
menurut ingatan saya Raudhah berada di depan Masjid Nabawi. Ditempat ini
Rasulullah, SAW dimakamkan bersama sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khatab.
Pada
kesempatan itu kami juga menyempatkan waktu untuk melihat makam Baqi’ yang
merupakan tempat pemakaman istri dan anak-anak Rasulullah serta sahabat lainnya.
Adapun pada hari-hari biasa, kami berusaha untuk memperbanyak ibadah di Masjid
Nabawi yang sangat indah itu.
Tempat-tempat
bersejarah lainnya yang dikunjungi antara lain Jabal Nur dan Goa Hiro’ Jabal
Tsur, Jabal Rahmah, Jabal Uhud, Padang Arafah, Masjid Quba, kebun Qurma serta
tempat-tempat lain.
Jabal
Nur dan Goa Hira terletak sekitar 6 km di sebelah utara Masjidil Kharam. Di
puncaknya terdapat sebuah Goa yang dikenal dengan nama Goa Hira. Di tempat
inilah Rasulullah, SAW. Menerima wahyu
pertama, yaitu surat Al ‘Alaq ayat 1 – 5.
Jabal
Tsur, terletak lebih kurang 6 km sebelah selatan Masjidil Kharam. Di gunung
inilah Nabi Muhammad, SAW dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan
orang Quraisy ketika hendak hijriah ke Madinah. Jabal Rahmah, yaitu tempat bertemunya Nabi
Adam As dan Hama setelah keduanya terpisah saat turun dari surge. Peristiwa
pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi Muhammad, SAW
yaitu Surat Al-Maidah ayat 3.
Jabal
Uhud, letaknya kurang lebih 5 km dari kota Madinah. Menurut penjelasan dari
pemandu rombongan, Di bukit inilah dahulu pernah terjadi perang dahsyat antara
kaum muslimin menlawan kaum musrikin mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur
sebanyak 70 orang syuhada, diantaranya adalah Hamzah Bin Abdul Munthalib
seorang paman dari Nabi Muhamad, SAW. Kecintaan Rasulullah, SAW kepada para
syuhada Uhud, membuat beliau menziarahinya hampir setiap tahun. Karena itu
Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk di ziarahi.
Mengakhiri
seluruh rangkaian perjalanan umrah, saya dan seluruh rombongan diajak
mengelilingi kota Jeddah yang merupakan kota paling menonjol di wilayah Makah
Al Mukharromah. Jedah juga dianggap sebagai pusat perekonomian dan wisata bagi
kerajaan Arab Saudi dengan laut Merahnya yang merupakan kota terbesar kedua
setelah Riyadh.
Demikian sekelumit catatan saya dari ibadah
umrah di tanah suci Makkah Al Mukaharromah selama 12 hari pulang pergi. Semoga
bermanfaat bagi yang belum sempat atau sebagai gambaran bagi yang ingin
menunaikan ibadah umrah. (s.bag).
0 komentar:
Posting Komentar